Temanggung,
5 Agustus 1998
Tak
pernah tersirat dalam hati ini
Bertemu
denganmu si pejuang tangguh
Bersama
sang waktu kau kejar duniamu
Semburat
lelah terpancar dari wajahmu
Aura
kesedihan terlukis dari bibir tipis mu
Namun
tidak terucap peluh dan kesah
Hanya
senyum yang selalu membuncah
Terimakasih
bintang kejoraku
Bintang
kejora dengan pancaran sang sinar
Kau
ajarkan kami tentang tegar dan sabar
Kau
hadirkan arti kesabaran dalam diri di tengah uji
Mungkin
jarimu mengalun tak selincah penari
Mungkin
langkah kaki mu tak secepat sang pelari
Namun
sinar semangat mu tak lekang oleh waktu
Malam itu seakan kembali ke masa
lalu melalui sang lorong waktu. Secarik kertas dengan tinta hitam yang mulai
luntur seakan mengajak sang penulisnya untuk
berlalu menelusuri waktu. Iya saat itu ibu kembali meneteskan air
matamengingat masa saat Ara terlahir di dunia. Betapa terpuruk dan sedihnya ibu
dikala melihat anak pertama nya lahir di dunia dengan satu kaki dan
tangan kanan yang tidak sempurna karna hanya tumbuh sampai siku saja.
Apa kondisi ini tidak diketahui ibu sebelumya? Tentu sudah diketahui ibu
sebelumya. Hal ini terlihat sejak Ara
berusia 7 bulan melalui hasil USG. Namun
dokter belum bisa memastikan apa yang terjadi. Maklum saat itu ibu hanya
periksa di sebuah rumah sakit daerah. Kondisi saat Ara lahir ini semakin
membuat ibu terpuruk karena pandangan sinis dan hinaan dari beberapa kerabat
dan tetangga yang menganggap Ara sebagai pembawa sial. Namun hal ini selalu ibu
lalui dengan penuh kesabaran yang terus berdoa. “ nak, kamu bukan tak sempurna,
namun istimewa, spesial buat ibu dan bapak, terus bahagia ya nak, ibu yakin
kamu akan jadi bintangnya ibu yang cantik dan cerdas.” Ini selalu diucapkan ibu saat Ara tidur.
Ibu : “ah, rasanya baru kemarin ya pak, Ara
lahir. La sekarang sudah mau jadi sarjana”.
Bapak :” iya bu, sepertinya baru kemarin bapak
ngantar Arak e sekolah SD siang bolong karena dihina oleh temannya”.
Ibu : “iya pak, semoga masa berat itu segera
berakhir ya pak. insyaAllah setelah ini Ara bahagia dengan hidup nya”.
Bapak : “ iya bu, bapak percaya anak kita kuat,
buktinya sampai sekarang dia bertahan dan sukses hingga sarjana. Ayo bu, tidur,
sudah mala mini, besok kan kita harus berangkat ke wisuda Ara sebelum subuh”.
Ibu:
“ iya pak, ayo tidur”
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Mentari
pagi hari itu bersinar dengan sangat
terik, dan menyilaukan mata. Namun panas dan teriknya Semarang saat itu kalah
dengan kebahagiaan Ara, calon guru yang hari itu akan mendapat gelar sarjana
pendidikan. Pukul 07.00 Ara sudah selesai dandan dan memakai kebaya kuning nya.
Setelah beberapa saat menunggu di depan gerbang kos, akhirnya ayah, ibu, dan
keluarga dari kampung halaman datang menjemput dengan mobil kijang pak lurah
yang disewa oleh bapak dan ibu Ara. Ibu keluar dari mobil dengan wajah berbinar
pertanda bahagia dan bangga dengan Ara. Putri kecilnya yang hari ini akan
menjadi sarjana dan berhasil mewujudkan mimpi orang tuanya.
Ibu : “Ara, ayo segera masuk mobil, undangan
wisudanya jangan lupa dibawa ya”. (kata ibu sambil merangkul Ara)
Ara :” ya bu, insyaAllah sudah siap semua”.
Setelah
beberapa menit sampailah Ara dan keluarga di Balairung universitas. Tempat ara
di wisuda. Aura bahagia sangat Nampak disana. Ratusan mahasiswa bertoga
memenuhi area. Yang menjadi berbeda
adalah ketika semua mata tertuju pada Ara. Memang, Ara adalah mahasiswa
istimewa yang special. Istimewa karena Ara memang hanya mempunyai satu tangan dan satu kaki. Hal ini membuat Ara
harus berjalan dengan menggunakan
bantuan tongkat.Ara memang istimewa sejak lahir karena Ara mengidap
sebuah penyakit langka yaitu sindrom meromelia. Hal ini yang menyebabkan
anggota tubuh Ara menjadi tidak lengkap.
Waktu
sudah menunjukkan pukul 07.15. Seakan sudah biasa, Ara tak lagi memperdulikan pandangan
orang tentangnya. Yang bisa ia dan orang tuanya lakukan adalah bergerak cepat
agar cepat sampai di bangku wisuda.sesampainya di ruangan, Ara terlebih dahulu
mengantarkan orang tua nya menuju bangku kebanggaan. Yaitu berada di bangku
deretan depan bersama orang tua lain yang anaknya mendapatkan predikat
wisudawaan terbaik.
Ara : “bapak ibu duduk disini ya, nanti Ara
duduk di bangku depan sebelah sana”.
Ibu : (dengan wajah sendu terharu) “MasyaAllah
nak, kamu jadi wisudawan terbaik?”
Bapak : “terimakasih ya nak, selama ini kamu sudah
banyak berjuang”.
Ara
: “sama-sama bu, pak, terimaksih
selama ini sudah percaya kalau Ara bias. Ara kesana dulu ya. Ngrobrolnya kita
lanjut nanti lagi”.
Serelah berada di singgasana
kebanggaannya, Ara menyapa dan menyalami teman-temannya sambil menungggu prosesi
wisuda dimulai. Acara demi acara telah dilalui sampai akhirnya tibalah saatnya
para wisudawan dipanggil satu persatu kedepan. Wisudawan pertama yang dipanggil
adalah Ara sebagai salah satu wisudawaan terbaik. Semua mata tertuju pada Ara
yang dengan percaya diri maju ke depan dengan toga kebanggaan dan tongkat
kesayangannya. Dan semua semakin kaget kaget ketika Ara mulai menyampaikan
pidato sambutan wisudanya. Saat itu semua baru tahu kalau Ara yang berdiri di
depan juga tidak mempunyai tangan dan Ara salah satu yang istimewa dengan
sindrom meromelia nya. Semua menangis medengar perjuangan Ara untuk mencapai
titik sekarang ini. Bagaimana kesabaran dan kesyukurannya mengantarkan Ara
menuju sukses.Di sela-sela pidatonya orang tua Ara dipanggil ke depan memberikan
pelukan terhangat kepada anaknya. Betapa
bahagia dan bangganya orang tua Ara saat itu. Jika sebelumnya Ara menganggap
bahwa wisuda adalah akhir dari perjuangan, ternyata Ara salah, gelar sarjana
adalah awal perjuangan di dunia nyata.
Menusuknya angin pagi yang berhembus
membangunkan Ara dari tidurnya di sepertiga malamnya. Kali ini Ara sudah tidak
lagi terbangun diantara sibuknya
rutinitas sebagai Mahasiswa. Namun kali ini Ara terbangun sebagai sarjana muda
yang bercita-cita mencerdaskan kehidupan bangsa. Setelah Ara selesai bersujud
pada Robb Nya, dengan semangatnya, Ara segera
menyiapkan semua berkas untuk melamar kerja di sekolah-sekolah sekitar
desanya.
Ditemani gerimis di pagi hari itu,
Ara sangat bersemangat untuk pergi untuk mendaftar sebagai seorang guru
honorer. Dengan langkah kaki yang terseok seok, Ara berpamitan dengan orang
tuanya.
Ara : “bu, Ara pamit ya, hari ini mau melamar
kerja. Doakan Ara diterima ya bu”.
Ibu : “ya nak, ibu doakan sukses, diterima
kerjanya”.
Bapak : “Ra, ayo kita berangkat mumpung gerimisnya
sudah mulai reda” (sahut bapak dari halaman rumah)
Ara
dan bapak pun berangkat dengan motor kesayangan keluarga yang di desain khusus
agar Ara bisa menaikinya.
Beberapa menit menelusuri jalan desa
dengan pemandangan sawah di sekelilingnya, Ara dan bapak sampai di sekolah
pertama. Bapak sengaja menunggu di luar gerbang agar Ara berani dan lebih
mandiri. Beberapa menit berlalu, Ara keluar dengan wajah kecewa. Tanpa berfikir
panjang, bapak pun memeluk sambil memberi semangat pada Ara dan langsung menuju
sekolah kedua. Banyak harapan di sekolah kedua ini karena tersiar kabar ada
beberapa guru yang akan purna tugas. Namun nyatanya harapan sia-sia. Seperti
dipandang sebelah mata karena fisiknya yang istimewa, akhirnya Ara pulang
dengan tangan hampa. Mereka sama sekali tidak melihat prestasi terbaik yang
ditorehkan Ara selama ini. Mentaripun perlahan naik menuju singgasana
tertingginya, Ara dan bapak pulang tanpa
mendapatkan hasil yang diharapkan setelah mengunjungi 5 sekolah dasar terdekat
dari desanya.
Untuk mengisi waktu luang, dan agar
bisa membantu ekonomi keluarga, setiap sore Ara membuat kreasi dari barang
bekas untuk dijual walau penghasilannya
belum menentu namun hal ini cukup untuk sekedar membeli lauk pauk sehari-hari.
Hampir satu bulan berlalu dan puluhan sekolah telah didatangi, namun belum juga
ada hasil.alasannya hampir sama. Takut Ara tidak bisa menjadi guru yang baik
karena keterbatasnya.
Hari ini, Ara kembali bersemangat
untuk mencari sekolah tempatnya mengabdi dengan ditemani bapak dan sepeda motor
khas nya. Lagi-lagi hasil nya tetap sama.sekolah belum membutukan guru baru
untuk mengajar disana. Siang itu matahari terasa sangat terik, setelah leleh
mendatangi beberapa sekolah, Ara dan bapak berhenti di depan penjual es kelapa
muda yang ada di pingggir jalan.
Bapak :
“pak es kelapa muda nya dua ya”.
Penjual
es kelapa muda : “ siap pak,
ditunggu sebentar ya”
Sambil menunggu es kelapa muda
datang, bapak dan Ara melihat mobil dan motor yang melintas di jalanan. Dari
kejauhan Ara dan Ayahnya melihat anak-anak pemulung sedang memunguti
sampah-sampah yang ada di jalanan
Bapak : “itu Ra lihat, kamu harus banyak
bersyukur mesti kamu terlahir istimewa, dan dari keluarga sederhana, tapi Allah
masih memberi kamu kesempatan untuk jadi sarjana. Bapak bangga dengan kamu.
Kamu tidak harus jadi guru dan kerja di sekolah Ra, yang penting menjadi
bermanfaat untuk lingkungan sekitar kamu”
Ara : “iya pak, insyaAllah Ara
akan berusaha membagikan ilmu yang sudah
Ara dapatkan agar bisa menjadi ilmu yang bermafaat”.
Bapak : (sambil memeluk Ara) “semangat
ya nak, mesti orang lain berkata kamu banyak kekurangan, namun bagi bapak kamu
adalah anugerah Allah yang sangat istimewa. Pejuang tangguh nya bapak ibu. Kami
bangga pada mu”
Ara : “terimakasih banyak untuk
semuanya ya pak”. (tangis mereka pecah seketika)
Pak,
ini es kelapa muda nya sudah jadi, kata bapak penjual es kelapa muda yang
seketika memecahkan tangis Ara dan bapak.
Iya pak, terimakasih, jawab Ara dengan senyum manisnya.
Setelah selesai minum es kelapa
muda, Ara dan bapak segera pulang ke rumah untuk beristirahat. Sesampainya di
rumah ibu menyambut kedatatangan Ara dengan pelukan hangatnya.
Ibu : “Alhamdulilah sudah sampai
rumah, bagaimana nak, dapat sekolahnya?”
Ara : “belum bu, besok Ara coba
lagi ya” (jawab Ara dengan senyum)
Ibu : “iya nak, tidak apa-apa
besok dicoba lagi. Ayo makan dulu sudah ibu buatkan nasi goreng kesukaanmu”.
Ara : “ya bu, Ara ganti baju dulu
ya”.
Malam mendung tanpa bintang
menggambarkan hati Ara malam itu yang penuh dengan kecewa dan air
mata.harapannya untuk menjadi seorang guru seakan pusnah dengan ditolaknya ia
di berbagai sekolah. Namun ia ingat bahwa tak akan pagi yang cerah, melainkan
harus harus bertemu dengan malam gelap yang sepi. Pertemuan dengan anak pemulung itu seakan
terus membayangi malam Ara malam ini. Ada satu hal yang Ara pikirkan kalaupun
ia tidak bisa bekerja dengan selayaknya di sekolah umum, setidaknya ia ingin tetap bermanfaat bagi yang lain.
Malam yang sunyi berganti dengan
mentari pagi yang hangat dan menawan.
Ibu : “Ra, sarapan dulu, sudah
ibu buatkan sup iga sekuaanmu”
Ara : “ ya bu, terimakaih”.
Ibu :“ sudah ra, tidak usah
sedih. Hari ini istirahat dulu saja, besok dilanjut cari sekolahnya”.
Ara : “ bu, semalam Ara kok masih
kepikiran anak pemulung yang kemarin sempat Ara lihat waktu minum es kelapa
muda. Ara kok pengen ngajar mereka. Boleh tidak bu?”.
Ibu : “ boleh nak, ibu malah
senang kalau kamu punya niat baik seperti itu. Terus rencana kamu gimana?”
Ara :” anak-anak itu kan sering
main di sekitar sini, nanti biar mereka belajar di rumah kita bu, oya bu kan
Ara masih punya sedikit tabungan, tak buat beli buku bacaan untuk anak-anak
ya?.”
Ibu : “ masyaAllah nak, niatmu
sangat baik. Semoga Allah mudahkan ya nak”
Bapak
yang diam-diam mendengarkan dari balik kamar hanya mampu meneteskan air mata.
Bapak :”
Ra, kamu memang anak bapak yang istimewa. Apapun itu bapak dukung
langkah kamu. Nanti bapak antar kamu buat beli buku bacaan dan bilang ke
anak-anak pemulung itu ya.”
Ara : “ Terimakasih bapak”
Matahari semakin naik ke peredaran
tertingginya. Ara dan bapak menuju toko buku dengan sepeda motor khas nya. Ara
dan bapak memilih banyak buku bacaan yang menarik. Ara sangat bersemangat untuk
memulai misi baru belajar bersama anak-anak yang sekiranya kurang
beruntung. Lebih dari 30 menit memilih,
keranjang Aradan bapak sudah dipenuhi banyak buku. Mulai dari buku pelajaran
sekolah hingga buku bacaan cerita anak. Setelah selesai membayar Aradan bapak
segera pulang karena tidak sabar untuk menemui anak pumulung yang kemarin
ditemui.
Ara : “ pak, itu anak yang kemarin, ayo kita
temui’”
Bapak :”
ayo nak, kita kesana.”
Dengan
bantuan kayu penyangga kaki nya, Ara
mendatangi anak pemulung itu.
Ara :”
adek namanya siapa? Tidak sekolah?”
Zira
(anak pemulung) :” namaku
Zira mb, saya sudah tidak sekolah.”
Ara :” mau
tidak belajar bersama kakak?, itu kakak sudah bawa banyak buku untuk kamu.
Teman-teman kamu boleh lho diajak kesini.”
Setelah beberapa lama menunggu,
akhirnya Zira dan 4 temannya dating mendekati Ara.
Ara : “ ayo mendekat sini, kakakpunya
buku bacaan untuk kalian”.
Zira
dan teman-teman : “ asiiikkk, aku mau baca ya kak”.
Ara : “
ayo pilih mau baca buku yang mana”.
Akhirnya
Ara dan teman-teman kecilnya belajar bersama. Bapak yang melihat dari kejuhan meneteskan air mata bahagia karena anaknya
yang istimewa berhasil menjadi seorang guru dengan caranya yang berbeda.
Ara :
“adek-adek, kak Ara pulang dulu ya, oya tiap sore belajar sama kak Ara ya,
rumah kak Ara ada di belakang mushola itu. Nanti kita belajar lagi”.
Zira
dan teman-teman : “ makasih ya
kak, besok kita ke rumah kak Ara ya”.
Setiap sore, rumah Ara menjadi penuh
dengan keceriaan, canda, dan tawa. Banyak warna di rumah Ara tiap sorenya. Ayah
dan ibu Ara sangat bahagia melihat anaknya tumbuh menjadi seeekor kupu cantik
yang banyak menebarkan kebaikan untuk sekitarnya di tengah segala kekurangan
yang dimiliki. Rumah belajar Ara semakin hari semakin ramai. Bahkan kali ini
Ara didampingi oleh 2 orang sahabatnya untuk ikut membantu mengajar anak-anak
pemulung. Karena banyaknya warna di Rumah belajarnya, Ara menamainya menjadi
SANGLAMU (Sanggar Pelangi Ilmu). Sanglamu ini kini menjadi salah satu harapan
untuk menjadikan anak-anak semakin indah dengan warna nya masing-masing.
TERIMAKSIH
Terima kasih dari ku untuk Mu
Terima kasih untuk hidup
Terima kasih untuk bahagia
Terima kasih untuk sedih
Walau orang berkata ku tak sempurna
Tapi bagi ku, ku istimewa
Walau kata orang aku tak indah
Tapi bagi ku, ku spesial
Alllah, terima kasih....
Kau telah ajari ku bersyukur
Kau telah ajari kju bersabar
Kau telah ajari ku tuk ikhlas
Karna...
Tak sempurnaku..
Allah, terima kasih.........
Kau telah jadikan ku wanita kuat
Kau telah jadikan ku wanita istimewa
Kau tlah jadikan ku wanita tak biasa
Karna tak sempurna ku
Bagiku.......
Tak sempurna tak berarti tak kuasa
Tak sempurna bukan berarti tak bisa
Tak kuasa tak berarti lemah
Tapi untuk ku.......
Tak sempurna adalah ladang belajar
Tak sempurna adalah ladang bersyukur
Tak sempurna adalah ladang untuk bersabar dan ikhlas
Terima kasih Allah......
Sekarang ku terus tersenyum
Sekarang ku terus bahagia
Walau tak sempurna
0 komentar:
Posting Komentar