Semilir
angin pagi yang dingin membangunkan Ani dari tidur panjang nya. Namun pagi ini Ani merasakan
mual yang luar biasa hebat tidak seperti biasanya. Namun Ani masih enggan
menyimpan harap terlalu dalam, karna takut kecewa pada akhirnya. Tono dan Ani
memang sudah lama menanti buah hati, sepuluh tahun pernikahan tanpa seorang
buah hati membuat rumah Bu Ani dan Pak Tono penuh dengan sunyi. Namun ini semua
tidak mengurangi kebahagian bu Ani dan Pak Tono, bahkan sampai hari ini mereka
semakin mesra layaknya pengantin baru. Kata mereka kuncinya adalah ikhlas dan
pasrah, karena manusia hanya bisa menjalankan takdir yang telah Tuhan berikan.
Bu
Ani :”
pak, hari ini kita beli sayur dan lauk yang sudah matang saja ya, ibu kok
sedang tidak enak badan. Sepertinya mag ibu kambuh karna kemarin tekat makan”.
Pak
Tono : “ iya bu, kamu istirahat
saja, nanti bapak yang belikan lauk nya di warteg depan gang itu”.
Bu
Ani :
“ iya pak, terimakasih ya, semoga nanti setelah istirahat ibu sudah agak baikan
jadi bisa masak buat lauk nanti sore”.
Pak
Tono :” tidak usah dipaksanakan
bu, kamu istirahat dulu saja, apa perlu pagi ini bapak antar ke dokter?”
Bu
Ani : “ tidak usah pak, ibu masih punya
persediaan obat mag, semoga setelah istirahat dan minum obat sudah agak
baikan”.
Pak
Tono :”Ya sudah kalau begitu bu,
bapak beli sayur untuk sarapan dulu ya”.
Bu
Ani :”
ya pak, hati-hati ya”.
Setelah Tono suaminya pergi hati Ani
masih sempat perfikir untuk membeli tespek agar dapat mengecek kehamilannya.
Kebetulan hari ini sudah telat siklus bulanan di hari ke tujuh. Namun niat Ani
mendadak sirna, karna lagi-lagi ia takut kecewa. Pasalya keajian ini bukan yang
pertama. Beberapa tahun sebelumnya juga seperti itu, sudah terlanjur banyak
berharap namun ternyata hanya sakit typus, dan stess lah yang membuat siklus
bulanan Ani mundur. Akhirnya hari ini, Ani benar-benar tidak mau memutuskan
macam-macam dan hanya ingin istirahat di rumah.
Waktu menunjukkan pukul 06.30. saat
itu Ani baru ingat bahwa dia belum pamit pada Kepala Sekolah jika hari ini Ani
berhalangan hadir.
Ani :
(melalui pesan WA) selamat pagi Bu, maaf hari ini saya izin tidak masuk sekolah
dikarenakan sakit. Untuk tugas nanti saya kirimkan setelah ini melalui bu Susi.
Atas izin nya saya ucapkan terimakasih”.
Bu
Wirda : “iya bu, semoga segera
sembuh ya. Selamat istirahat bu”
Bu
Ani : “ Terimaksih bu Wirda”.
Beberapa waktu setelah berpamitan
dengan Bu Wirda melalui pesan singkat, terdengar suara motor bebek yang khas milik
pak Tono. Kali ini pak Tono membawa masakan Sop Buntut dan perkedel kentang
kesuakan Bu Ani. Pak Tono pun segera menyiapkan sarapan untuk istri tercintanya
yang sedang sakit.bahkan saking romantisnya, Pak Tono sampai menyuapi Bu Ani
agar lahab makannya.
Pak
Tono :” Bu, makannya yang banyak
biar cepat sembuh, terus minum obat”.
Bu
Ani :” Ya pak, terimakasih, ibu
bisa sendiri kok, nanti kalau bapak ngurus ibu terus malah telat berangkat
kerjanya”.
Pak
Tono :” ya sudah kalau begitu,
semua makanan bapak siapkan di maja makan sana ya, nanti kalau ada apa-apa
telepon bapak ya bu. Sekarang bapak berangkat kerja dulu”.
Bu
Ani :” siap pak, nanti kalu ada
apa-apa atau perlu sesuatu pasti ibu kabari”.
Pak
Tono langsung berpamitan untuk berangkat kerja. Kebetulan pak Tono membuka
tempat servis Hp dan Komputer di dekat sekolah bu Ani. Bahkan perkenalan
merekapun berawal dari bu Ani yang sering menservice computer sekolah di tempat
Pak Tono.
Seminggu sudah berlalu namun Bu Ani
masih saya mengeluh lemas dan mual.
Bahkan semakin hari mual Bu Ani semakin parah. Akhirnya Bu Ani dan Pak
Tono memustuskan untuk memeriksakan keadaannya ke dokter yang ada di daerahnya.
Betapa kagetnya Bu Ani dan Pak Tono ketika dokter mengatakan Bu Ani sedang
mengandung buah hati mareka yang memang sudah lama dinantikan. Setekita Bu Ani
dan Pak Tono menangis teharu seakan tidak percaya. Momen bahagia ini berakhir
dengan pelukan hangat Pak Tono kepada istri tercintanya.
Masa
awal kehamilan dilewati Bu Ani dengan sangat bahagia, walaupun harus merasakan
mual dan muntah setiap paginya. Pak Tono pun sangat sabar merawat istri dan
calon buah hatinya yang sudah dinanti sejak lama. Bahkan di bulan ke tiga, Bu
Ani sampai tak bisa turun dari tempat tidur karena sempat mengalami pendaharan.
Pagi
ini seakan lebih cerah dari biasanya, matahari seakan tersenyum dengan dengan
Pak Tono dan Bu Ani. Jadwal pemeriksaan ke Dokter yang di tunggu telah tiba.
Pak Tono dan Bu Ani tak sabar melihat buah hatinya yang sudah mereka cintai
bahkan saat belum melihatnya di dunia. Setelah pulang dari beribadah di Gereja,
Pak Tono dan Bu Ani langsug pergi ke salah satu dokter kandungan di daerahnya.
Rona bahagia seakan sirna setelah mendengar penjelasan dar dokter.
Dokter : “Bu Adek bergerak dengan aktif
tidak? Di Anggota keluarga ada yang berpostur kecil?”
Bu
Ani : “ adek bergerak aktif kok
dok, malam apa lagi. Dan dikeluarga semua normal-normal saja sepertinya. Memang
kenapa dok?”
Dokter :” begini bu, ini kok adek
sepertinya berbeda kaki dan tangan sebelah kiri
terlihat agak kecil. Tapi saya belum bisa memastikan kenapa bu. Coba
bulan depan ibu cek lagi dengan USG 4G yang ada di Rumah sakit Provinsi.
Bu
Ani :” ya dok, semoga tidak
apa-apa ya”.
Dokter :” iya bu, saya harap tadi hanya salah penglihatan saya saja”.
Hari itu Pak Tono dan Bu Ani bagaikan tertimpa petir
di siang bolong. Sedih dan bingung harus berbuat apa untuk buah hati mereka.
Akhirnya karena penasaran mareka segera memeriksakan kandungannya di RS yang
lebih besar dan memadahi peralatannya.
Pak
Tono :” bagaimana kondisi anak
kami dok, apakah baik-baik saja?”
Dokter :” baik dan aktif bu, hanya saja
sepertinya anak ini istimewa”.
Bu
Ani :” istimewa bagaimana
maksud dokter?”
Dokter :” iya bu istimewa, dari hasil
pemeriksaan saya tadi sepertinya ada bagian dari tubuh adek yang tidak
berkembang dengan sempurna. Namun ibu tenang saja, yang penting adek sehat
dulu. Biasanya kondisi seperti ini diakibatkan karena kromosom yang tidak
berkembang dengan sempurna”.
Bu
Ani : (sambil mengangis)” lalu
apa yang harus saya lakukan dokter?”
Dokter :” yang penting ibu jaga kesehatan
dengan baik dan banyak berdoa agar Tuhan memberi yang terbaik untuk ibu dan
keluarga”.
Setelah kejadian itu, bu Ani sangat
terpukul dan membuatnya murung. Namun Bu Ani belum bisa cerita apapun ke orang
lain karena masih beranggapan bahwa ini adalah kondisi sial bagi keluarga Bu Ani.
Sampai suatu ketika di pagi hari Bu Ani melewati mushola sekolah dan mendengar
seseorang membaca Al Quran. Entah apa yang terjadi tiba-tiba hati Bu Ani
menjadi tenang dan damai. Akhirnya Bu Ani menunggu di depan mushola untuk
mendengarkan bacaan Al Quran itu hingga selesai.
Bu
Wirda :” Bu Ani sudah lama disini
bu? Ada perlu dengan saya? Ayo bu kita bicarakan di kantor biar lebih enak”.
(kata bu Wirda sambil mengajak Bu Ani ke kantor karena beliau tau bu Ani adalah
seorang kristiani.
Bu
Ani :” tidak ada urusan apa-apa
kok bu, tadi saya hanya lewat dan tiba-tiba hati saya menjadi sangat tenang
setelah mendengar apa yang ibu baca”.
Bu
wirda :” heheh iya bu, saya tadi
membaca Al Quran karena kebetulan pekerjaan di kantor sudah selesai. Bu Ani
sehat? Saya dengar kemarin Bu Ani sampai periksa kandungan ke RS swasta?”
Saat itu mendadak bu Ani
mengeluarkan air mata yang sedari tadi sudah ia simpan dengan rapi. Akhirnya Bu
Ani menceritakan kondisinya kepada bu Wirda, bahwa anak yang ia kandung adalah
istimewa.
Bu
Wirda : (sambil memeluk Bu Ani) “
saya tahu bu, kondisi ini sangat berat untuk ibu dan keluarga, namun saya yakin
Tuhan tak akan salah menuliskan takdir untuk hambanya. Anak yang istimewa hanya
akan diberikan pada ayah dan ibu yang special di mata Tuhan. Kalau ada apa-apa
ibu cerita saja ke saya, jangan sungkan-sungkan berbagi cerita’.
Bu
Ani : “ oya bu, kalau boleh tau
tadi yang Di baca surat apa? Saya tidak paham tapi entah mengapa saya merasa
nyaman dan temang. Bayi dalam perut saya mendadak aktif saat mendengar bacaan
tadi”.
Bu
Wirda : (yang tadinya ragu akhirnya
menjelaskan apa yang beliau baca) “tadi saya baca surat Al Baqaraah, artinya
sapi betina, dan yang say abaca tadi salah satunya ayat 286”.
لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ لَهَا مَا
كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ ۗ رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ
نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَآ اِصْرًا كَمَا
حَمَلْتَهٗ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا
لَا طَاقَةَ لَنَا بِهٖۚ وَاعْفُ عَنَّاۗ وَاغْفِرْ لَنَاۗ وَارْحَمْنَا ۗ اَنْتَ
مَوْلٰىنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكٰفِرِيْنَ ࣖ
286. Allah tidak membebani seseorang
melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan)
yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang
diperbuatnya.
Bu
Ani :” kok bisa pas dan sesuai
dengan masalah saya ya bu, saya benar-benar takjub”.
Sejak saat itu Bu Ani benar-benar
penasaran dengan Al Quran bahkan dia
sering bertanya tentang ayat Al Quran kepada Bu Wirda saat berada di
sekolah. Sampai pada Akhirnya Bu Ani menyampaikan ketertarikannya untuk belajar
Al Quran beberapa minggu setelah kejadian itu.
Bu
Ani :” Bu, entah mengapa
belakangan ini saya sering mimpi sholat dan membaca Al Quran, dan sungguh hati
saya tidak bisa dibohongi kalau saya benar-benar ingin belajar islam lebih
dalam”.
Bu
Wirda :”Alhamdulilah itu namanya
hidayah bu, apa ibu sudah mengkomunikasikannya dengan suami?”
Bu
Ani :”Belum bu, saya takut
untuk mulai pembicaraan ini dengan suami. Namun sudah beberapa minggu ini saya
memang selalu beralasan jika diajak ke Gereja. Mungkin suami saya sudah mulai
curiga. Apalagi kemarin suami saya menemukan bacaan Al quran dalam history
download di youtube saya”.
Bu
Wirda :”begini saja bu, kalau ibu
memang berkeinginan belajar tentang islam, dan agar hati ibu lebih mantap,
besok saya antarkan ibu ke rumah salah satu ustadzah yang saya kenal”.
Jumat yang penuh keberkahan membawa
Bu Ani dan Bu Wirda melangkahkan kaki ke rumah Ustadzah Lia. Disana meraka
banyak berdiskusi tentang islam.Bu Ani pun mendapat banyak nasihat tentang
kehamilannya yang istimewa dari Ustazdah Lia. Bu Ani semakin ikhlas dan ridho
jika anak yang dikandungnya adalah anak yang istimewa. Bahkan Bu Ani semakin
bersemangat menyambut kehadiran malaikat kecil di tengah keluarganya.
Pak Tono pun sebenarnya curiga
dengan tingkah laku istrinya yang sedikit berubah. Namun karena Pak Tono
melihat istri yang di cintainya semakin bahagia dan tidak lagi bersedih,
beliaupun hanya bisa berfikiran positif bahwa istrinya telah nemenukan
kehidupannya yang baru tanpa ada pertanyaan lebih lanjut. Bahkan Pak Tono pun
semakin bahagia melihat senyum keikhlasan yang terus mengembang di wajah
istrinya.
Bulan kelahiran yang di tunggu pun
tiba. Segala persiapan telah dilakukan oleh Pak Tono dan Bu Ani. Karena
kemungkinan buah hati yang akan dilahirkan istimewa dan memerlukan penanganan
khusus, Akhirnya dokter memutuskan untuk merujuk Bu Ani melahirkan di salah
satu Rumah Sakit ternama di ibu kota. Tanpa ragu, untuk keaikan bersama Bu Ani
dan Pak Tono pun menyetujui saran dari dokter.
Sebelum perjalanan ke ibu kota dimulai,
Bu Ani kembali mengajak Bu Wirda untuk mengunjungi rumah Ustadzah Lia dengan
niat berpamitan dan meminta doa. Setelah sampai sana betapa kagetnya Bu Wirda
saat mendengar Bu Ani menyampaikan sesuatu.
Bu
Ani :”ustadzah, sebentar lagi
saya melahirkan dan yang saya tau melahirkan adalah saat bertaruh nyawa bagi
perempuan. Saya tidak tau apa yang terjadi setelah ini. Oleh karena itu, saya
ingin sebelum saya melahirkan, di hari Jumat yang baik ini saya bisa
mengucapkan syahadat dan memulai kehidupan baru sebagai muslimah”.
Bu
Wirda :” Allahu akbar,
Alhamdulilah, tapi suami ibu bagaimana? Sudah tau?”
Bu
Ani :” belum bu, saya belum
berani mengungkapkan hal ini dengan suami saya. Namun setelah ini saya akan
berbicara pelan-pelan dengan suami”.
Ustadzah
Lia :”MasyaAllah bu, begini bu, kalau
ibu benar-benar ingin masuk islam, saya akan membimbing ibu membaca
syahadad dan Bu Wirda akan menjadi saksi
kita. Dan setelahnya saya akan menjelaskan hak dan kewajiban ibu sebagai
muslimah”.
Akhirnya di hari itu bu Ani resmi
menjadi seorang muslimah. Setelahnya Bu Ani pun melakukan sholat duhur untuk
pertama kalinya dengan didampingi Bu Wirda dan ustadzah lia. Bu Ani pun bagai
terlahir menjadi pribadi yang baru dan sangat bersemangat untuk belajar tentang
islam.
Beberapa hari setelah mengucapkan
kalimat syahadad Bu Ani terus berusaha menjadi muslimah yang baik dengan
belajar sholat dan ngaji. Di rumah pun Bu Ani selalu berusaha untuk sholat
meskipun harus sembunyi-sembunyi dari suaminya. Ketika akan sholat Bu Ani menutup
pintu kamar dari luar agar tidak terlihat dari suaminya. Sampai suatu ketika
saat suaminya akan mengambil baju di almari, beliau melihat sesuatu yang tak
biasa. Yaitu sebuah mukena dan buku tuntunan sholat.
Pak
Tono : (dengan nada yang masih
sabar) bu, ini apa? Punya siapa?
Bu
Ani : (dengan rasa takut) “heem, begini pak, ibu jelaskan dulu. Maaf ya
pak, ibu mengambil keputusan ini tanpa sepengetahuan bapak, Jujur saja kemarin
hati ibu sempat hancur karena kondisi janin di rahim ibu, dan ternyata hati ibu
menjadi sangat tenang ketika mendengar Al Quran dibacakan. Akhirnya ibu
penasaran dan belajar islam lebih lanjut. Dan beberapa hari ini hati ini mantap
untuk menjadi seorang muslimah. Ibu
minta maaf ya pak” (seketika tangis tak terbendung dari air mata Bu
Ani).
Pak
Tono : (dengan nada marah) “
sungguh bapak tidak ridho dengan kondisi seperti ini bu, jalan kita sudah
berbeda bu, lebih baik hari ini kita sendiri-sendiri saja. Ibu pikir baik-baik
dulu, jika ibu berubah pikiran dan kembali sejalan dengan bapak, kita bisa
bersama-sama kembali”.
Tangis Bu Ani semakin menjadi
membayangkan perpisahan dengan suami yang paling dicintainya. Namun salah satu
prinsip yang membuat Bu Ani kuat adalah kebih baik dia kehilangan manusia
daripada kehilangan Allah yang baru saja ia temukan. Pak Tono pun dengan
prinsip yang kuat akhirnya meninggalkan istri dan anak yang masih ada dalam
kandungan.
Pak
Tono :” Bu, bapak pergi dulu, jika
ibu butuh apa-apa, ibu masih bisa menghubungi bapak. Bapak masih belum bisa
berfikir apa-apa untuk saat ini, jika kondisi sudah tenang kita bicarakan hal
ini kembali”.
Siang itu benar-benar seperti petir
yang tiba-tiba menyambar. Namun memang harus dilewati oleh Bu Ani dan Pak Tono.
Saat itu tiba-tiba Bu Wirda datang ke rumah untuk mengantarkan pesanan Al Quran
milik Bu Ani. Bu Wirda kaget melihat kondisi bu wirda yang sedang menangis di pojok
ruang tamu nya.
Bu
Wirda : “ kenapa bu?” (sambil
memeluk Bu Ani)
Bu
Ani :” suami saya sudah tahu
semuanya bu, akhirnya beliau meninggalkan saya”.
Bu
Wirda :” sabar ya bu, ini ujian
pertama ibu sebagai muslimah. Jangan khawatir bu, selama masih ada Allah di
hati kita. insyaAllah saya dan ustadzah Lia akan selalu ada untuk Bu Ani selama
masa sulit ini”
Hari
yang dinanti tiba, akhirnya Bu Ani berangkat ke ibu kota bersama Bu Wirda dan
Ustadzah Lia. Di sore hari nya Bu Ani bersiap-siap ke rumah sakit untuk
berkonsultasi tentang kelahiran si buah hati. Setelah di cek dan kondisi Bu Ani
cukup sehat akhirnya diputuskan untuk dilakukan operasi pada keesokan harinya.
Akhirnya mereka bertiga harus menginap di rumah sakit.
Pagi
dengan matahari yang cukup cerah di ibukota mengantarkan Bu Ani menuju ruang
operasi. Bahagia dan sedih bercampur menjadi satu. Setelah satu jam berlalu
akhirnya buah hati yang ditunggu terlahir ke dunia. Namun berbeda karena buah
hati Bu Ani tak langsung menangis dan dengan kaki dan tangan yang tidak
sempurna. Bu wirda dan ustadzah Lia yang
melihat kondisi dari anak Bu Ani tak bisa membendung air matanya. Sampai
beberapa hari ke depan Bu Ani pun belum bisa melihat buah hati nya karena masih
harus banyak diobservasi oleh beberapa dokter spesialis.
Hari-hari
bu Ani terasa sangat berat karena harus terpisah dengan buah hatinya. Ditambah
lagi dengan tidak adanya suami di sisinya. Namun bu Ani sedikit beruntung
karena ada sahabat seperti Bu Wirda dan Ustadzah Lia. Setelah kondisi Bu Ani cukup stabil akhirnya
Bu Ani bisa bertemu dengan buah hatinya di ruang NICU. Bu Ani yang selama ini
sudah mempersiapkan hati dan mental nya untuk bertemu dengan sang buah hati
yang istimewa, akhirnya tetap tak bisa membendung air mata nya. Bu Ani begitu
terpukul melihat kondisi buah hatinya yang tidak sempurna. Agar buah hatinya
senantiasa kuat hingga dewasa nanti, Bu Ani memberi nama buah hati nya Tegar.
Setelah
satu bulan berlalu Tegar, buah hati Bu Ani akhirnya sudah boleh diperbolehkan
keluar dari NICU, namun pengobatan dan pemeriksaan harus tetap berlanjut.
Karena dokter mencurigai ada kelainan di paru-paru dan jantung Tegar. Pak Tono
yang diberi kabar tentang kondisi buah hatinya akhirnya tergerak untuk ke
Jakarta menemui istri dan anaknya. Sesampainya di Rumah Sakit, Pak Tono kaget
melihat kondisi anaknya. Hatinya hancur melihat anaknya yang akan hidup dengan
tangan dan kaki yang tidak sempurna. Saat seperti itu justru Bu Ani yang
menguatkan Pak Tono. Bu Ani sangat ridho dan ikhlas menerima kondisi anaknya
yang istimewa.
Melihat
ketegaran bu Ani, Pak Tono penasaran apa yang membuat istrinya setenang itu
menghadapi takdir yang menurut manusia kurang ideal.
Pak
Tono :” bu, bapak tidak habis
pikir ibu bisa setegar ini”.
Bu
Ani :” semua yang Allah
takdirkan adalah yang terbaik pak, dan Allah tidak akan menguji hambanya di
luar batas kemampuannya. Lihat pak, disitu ada Al Quran, Alhamdulilah lewat Al
Quran ini ibu banyak mendapatkan ketenangan”.
Saat itu pak Tono hanya bisa diam
termenung. Sampai suatu saat Tegar yang sudah diizinkan berada di tengah ibu
dan bapak nya rewel dan menangis dengan keras. Pak Tono sangat bingung melihat
kondisi anaknya. Bu Ani yang ada dalam ruangan hanya bisa menghidupkan murotal
Al Quran hadiah dari Ustadzah Lia. Dan Allah memperlihatkan keajaibannya.
Setelah mendengar Al Quran, Tegar langsung tenang dan diam. Bahkan Tegar sempat
melemparkan senyum ke bapak dan ibunya. Dari kejadian itu Pak Tono langsung
tertarik untuk mempelajari Al Quran. Beberapa minggu setelah kejadian itu Pak
Tono pun memutuskan untuk mengucapkan dua kalimat syahadad dan menjadi seorang
muslim.
Tegar, si anak istimewa harus tetap
berjuang dengan tubuh mungilnya. Hampir setiap hari ia bertemu demgam dokter
spesialis untuk mengetahui apa yang terjadi padanya. Berbagai aktivitas terapi
pun harus ia lakukan agar tumbuh kembangnya seperti anak yang lain. Tegar pun
tumbuh menjadi anak yang ceria walau dengan tangan dan kaki yang tidak
sempurna. Bahkan Tegar pun tetap percaya diri saat bergaul dengan
teman-temannya. Hal ini berkat ibunya
yang juga special dan selalu percaya pada Allah jika anaknya bisa. Bahkan Tegar
kecilpun kin lincah bergerak dengan satu kakinya.