Just another free Blogger theme

Selasa, 29 Mei 2012

coretan pena hati ini berawal dari pertemuan yang tak disengaja. dua sosok yang berbeda berada pada situasi yang sama.Mataku malu menatap wajah melo itu. hari itu, bibirku lebih labar dari biasanya pertanda tersenyum. lilin-lilin kecil penerang hatiku mendadak berkobar karna pertemuan itu. aku tak tahu merah jambu sedang berada dialiran darahku untuk menuju tahta tertinggi dari ilahi.

waktu itu, aku benar-benar tak memaksa hati ini untuk merubah warnanya menjadi sedikit lebih muda dari biasanya. semua berjalan indah dan tak ada beban. bahkan terlalu datar ku rasa saat itu. cat putih kesucian mengaliryang bersama darah merah jambuku terus berlayar menuju pelabuhannya. hati ini menjadi 100 bahkan 130% lebih muda dari semula. aku semakin bahagia ketika dia ada.walaupun tak ada jumpa diantara kita. saat itu ku rasa bukan merah jambu, tapi hanyalah kekaguman untuk sosoknya. kagum dan terus kagum itu membuat virus merah jambu terus menggrogoti hati ku. aku tak tahan akan semua ini. aku fikir akan hilang dari hati ku ketika lilin itu telah padam  dan hati menjadi sedikit berwarna tua kembali.

tetapi tidak, rasa ini semaakin menjadi. merah jambu semakin mendominasi. akupun semakin bahagia ketika dia ada. waktu yang tak dapat berhenti membuat merah jambu semakin kuat mendominadi. kini, bagian organ vital atas ku mulai terserang. aku tak bis amenggantikan sosoknya sejenak di memori organku. walau mata ini tak sering bertaut, tapi hati ini masih merah jambu karnamu. dan otak ku semakin penuh dengan memori tentangmu. aku tak ingin merah jambu menjadi liar dan di luar kendali. tak ingin merah jambu menuju indra lihatku dan membutakan dunia ini. percayalah, jika merah jambu akan ku rawat subur di hati ku. meski sang pupuk tak ada. percayalah, merah jambu akan ku jaga agar tak liar dan lebih. merah jambu, jadilah motivasiku......................... 




Persahabatan, Tari, dan Kesungguhan
            Liburan Semester semakin dekat. Dea semakin senang kerena, pada liburan semester yang akan datang , Dea akan  diajak ayah dan ibu berlibur di rumah paman. Rumah paman berada di Denpasar. Dea sangat senang, karena di Denpasar nanti, dia akan diajak jalan-jalan paman ke berbagai Tempat wisata, seperti pantai Kuta, Danau Bedugul, Tanjung Benoa, dan lain sebagainya. Dan yang paling menyenangkan adalah, Dea akan berlatih tari Bali disana.
            Liburan semester telah tiba. Dea semakin senang, karena berarti Dea akan diajak berlibur ke Bali. Pada hari minggu, Dea, bersama ayah dan ibunya pergi ke bali dengan menggunakan kapal.  Sesampainya di Bali, Dea langsung diajak paman untuk pergi ke sanggar tari yang dimiliki paman. Di sana, Dea melihat berbagai terian khas Bali seperti tari barong, tari topeng, dan berbagai tari lainnya.
            Di sanggara tersebut, dea diajak berlatih bersama paman. Dea sangat senang, karena di  sanggar tersebut, dea mempunyai teman-teman baru yang baik hati. Dea dan teman-temannya berlatih menari setiap sore di sanggar tersebut. Mereka semakin akrab karna sering berlatih bersama.
            Dea semakin mahir menari Bali. Pamanpun menjanjikan mereka untuk dapat tampil di pentas pada perayaan HUT RI.dea dan teman-temannya sangat senang. Tiga hari menjelang HUT RI, Dea mengalami kecelakaan. Kakinya patah dan harus dioperasi. Akhirnya paman dan ayah Dea memutuskan untuk mengajak Dea kembali ke Jakarta. Akan tetapi Dea tidak mau diajak pulang. Dea memutuskan untuk berobat di Bali dan tetap tampil di pertunjukan. Satu hari menjelang hari petunjukan, Dea belum bisa berjalan dengan sempurna. Dea pun menangis, karena itu berarti, Dea belum dapat memari di hari pertunjukan. Paman dan Ayah membesarkan hati Dea sambil mengajaknya untuk pulang dan berobat di Jakarta. Akan tetapi, Dea tidak mau dan tetap kukuh untuk menari di pertunjukan tersebut.
            Pada hari pertunjukan, Dea datang ke tempat pertunjukan dengan di dampingi oleh ayah, ibu, paman, dan bibinya. Dea pun di rias layaknya penari bali. Walaupun kondisinya belum begitu pulih, dan belum dapat berjalan dengan sempurna, Dea tetap menari di atas  panggung. Teman-temannya memapah Dea menuju panggung. Ayah, ibu, paman, dan bibi Dea menangis melihat kesungguhan Dea untuk dapat menari Bali dan ikut tampil di dalam pertunjukan. Di tengah-tengah pertunjukan, Dea semakin tidak kuat mehanan sakit di kakinya. Akan tetapi Dea berusaha menyelesaikan tariannya. Setelah selesai menari, dea terjatuh dan ditolong teman-temannya. Akhirnya, Dea dirawat di rumah sakit di Bali selama 3 hari. Setelah itu, Dea diajak pulang oleh ayah dan ibunya ke Jakarta. Dan Dea pun dirawat kembali di Jakarta.